Tips dan Cara Mengatasi Bintik Merah Pada Bayi
Oleh : Febi Arliani.
Para ibu muda biasanya akan panik dan khawatir ketika mendapati
bintik-bintik merah atau bintil-bintil yang timbul di wajah dan tubuh
bayi. Berbeda dengan kondisi kulit orang dewasa yang tebal, kulit bayi
yang masih relatif tipis dan sensitif lebih rentan terhadap alergi,
iritasi dan infeksi. Hal ini dikarenakan secara struktural kelenjar minyak pada kulit bayi masih belum berkembang secara sempurna.
Penyebab timbulnya bintik-bintik merah di wajah dan tubuh bayi ini
sangat kompleks dan bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor dari
dalam tubuh misalnya faktor keturunan, sementara faktor luar misalnya
cuaca yang panas, lingkungan yang lembab, banyak debu dan lain
sebagainya.
Bintik-bintik merah disertai kulit yang tampak
kemarahan ini bisa menyebabkan rasa gatal yang tidak tertahankan. Karena
bayi belum mampu menyampaikan dengan kata-kata apa yang dirasakannya,
maka bayi akan rewel atau bahkan menangis tanpa henti.
Untuk
mengetahui lebih lanjut, beberapa kemungkinan penyebab bintik-bintik
merah pada wajah dan bagian badan bayi lainnya, serta bagaimana cara
mengatasinya berikut ini:
* Bakat Alergi (faktor keturunan)
- Penyebab :
Kasus alergi kulit cukup banyak terjadi pada bayi yang sangat rentan
terhadap reaksi alergi. Apabila Anda dan pasangan memiliki riwayat
alergi, maka resiko si kecil menderita alergi sebesar 40-60 %. Tetapi
jika hanya salah satu orang tua saja yang memiliki alergi,
kemungkinannya anak Anda memiliki bakat alergi kecil yakni sebesar 25-40
%. Penyakit alergi hanya mengenai anak yang memiliki bakat alergi yang
disebut atopik. Jika tidak ada riwayat alergi di keluarga, bayi Anda
tetap memiliki resiko terkena alergi sebesar 5-15 %.
- Cara Mengatasi :
Cara paling efektif untuk mengatasi alergi adalah dengan menjauhkan
anak dari sumber pencetus alergi. Untuk itu, orang tua perlu jeli dan
mengetahui makanan atau hal apa saja yang bisa menimbulkan reaksi alergi
pada kulit bayi. Misalnya, bayi berusia 6 bulan ke atas sudah diberi
makanan padat. Orang tua harus benar-benar hati-hati dalam memberikan
makanan kepada bayi. Terlebih bila dalam keluarga memang ada riwayat
alergi, maka kemungkinan besar bayi juga akan mengalami alergi. Cara
mengetahui apakah bayi alergi atau tidak terhadap suatu jenis makanan
tertentu yaitu dengan melihat gejala/tanda yang mungkin timbul selama
kurang lebih 3 hari setelah makanan tersebut masuk ke dalam tubuh bayi.
Misalnya, Anda memberikan telur kepada bayi. Coba perhatikan
gejala-gejala alergi yang mungkin timbul selama 3 hari ke depan, bisa
berupa bintik-bintik merah di kulit, gatal-gatal atau gangguan
pencernaan. Bila memang ternyata bayi alergi terhadap telur, maka
sebaiknya Anda menunda memberikan telur kepada bayi. Tunggu sampai usia
bayi agak besar karena alergi telur biasanya akan hilang dengan
sendirinya. Begitu pula untuk jenis makanan yang lain. Orang tua harus
mencoba dan melihat reaksi yang timbul, lalu mencatat apa saja yang bisa
membuat bayi alergi.
Orang tua juga bisa melakukan semacam
tes alergi terhadap anak ke dokter untuk mengetahui alergen apa saja
yang perlu dihindari bayi.
Pemberian obat-obatan biasanya
tidak terlalu dianjurkan, karena bayi dianggap masih terlalu kecil.
Selain itu, masih banyak cara penangan lain yang lebih baik dan aman
dilakukan. Kalaupun harus diberikan biasanya pemberian obat untuk bayi
dilakukan melalui Air susu Ibu (ASI). Ibu meminum obat dan obat tersebut
akan masuk ke tubuh bayi melalui ASI sewaktu bayi menyusu pada ibunya.
Untuk pengobatan oles pada kuli misalnya dengan pemberian krim
biasanya yang mengandung steroid rendah, tapi hal ini harus sesuai
dengan anjuran dokter. Berbeda dengan penyakit, alergi tidak dapat
disembuhkan dengan obat-obatan. Alergi hanya akan hilang bila sumber
pencetusnya disingkirkan atau dijauhi. Sebaiknya optimalkan pemberian
ASI ekslusif karena ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi Anda yang
cukup efektif mencegah dan meringankan alergi.
* Faktor Makanan
- Penyebab :
Pada bayi makanan yang paling sering menimbulkan alergi adalah protein
pada susu sapi. Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuhnya
menyadari bahwa kandungan protein pada susu formula anak sebagai zat
yang berbahaya dan mencoba untuk melawannya. Tanda yang harus Anda
perhatikan adalah selain timbulnya bintik-bintik merah, juga muntah dan
terkadang disertai diare. Reaksi setiap anak berbeda-beda. Bahan makanan
lain yang juga sering menyebabkan alergi pada bayi adalah telur,
seafood dan kacang-kacangan.
- Cara Mengatasi : Seperti yang sudah sedikit dijelaskan di atas, untuk mengetahui reaksi
alergi akibat suatu makanan tertentu, orang tua disarankan untuk
mengingat kembali makanan bayi apa yang sebelumnya diberikan ke bayi.
Apabila Ibu masih memberikan ASI kepada buah hati, ada baiknya untuk
mengingat kembali makanan yang Anda makan untuk diketahui makanan atau
minuman pencetus alerginya, karena kemungkinan alergi didapat melalui
ASI yang bayi minum.
Jika diakibatkan oleh zat-zat pada
ASI, ibu yang alergi harus menghentikan konsumsi makanan pencetus
alerginya (alergen) agar ASInya tidak menyebabkan masalah pada kulit
bayinya. Apabila Anda tidak sanggup memberikan ASI karena sesuatu hal,
dan bayi Anda memiliki alergi pada susu formula Anda bisa berkonsultasi
dengan dokter anak agar dapat mengetahui alternatif sumber kalsium dan
nutrisi penting lainnya yang dapat menggantikan bahan makanan pencetus
alergi tersebut.
Perlu diketahui juga, Seiring dengan
bertambahnya usia bayi, biasanya reaksi alergi ini bisa berkurang dan
mereda karena daya tahan tubuh dan jaringan kulit anak akan semakin kuat
jaringan membuat anak tidak akan mudah terkena alergi lagi.
* Biang Keringat
- Penyebab :
Bintik-bintik merah karena biang keringat atau keringat buntet pada
wajah dan tubuh bayi bisa terjadi karena adanya sumbatan pada pori-pori
kulit bayi yang disebabkan sistem untuk mengatur suhu tubuhnya belum
berkembang secara sempurna. Hal ini mengakibatkan pengeluaran keringat
yang tidak lancar pada bayi, terlebih lagi karena Indonesia yang
memiliki suhu tropis menyebabkan bayi cepat merasa kegerahan atau
kepanasan.
- Cara Mengatasi :
Usahakan agar bayi
tidak memakai baju yang berlapis-lapis dan pilih pakaian dari bahan yang
menyerap keringat seperti bahan katun. Gunakan yang nyaman dipakai dan
tidak terlalu sempit untuk mengurangi panas. Bersihkan wajah dan tubuh
bayi dari keringat dengan cara menyekanya dengan lap basah dan
mengeringkannya dengan handuk bayi yang lembut. Pastikan kamar bayi Anda
bersih dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Jika perlu, pilih
deterjen yang tidak keras untuk mencuci pakaian bayi dan usahakan agar
pakaian bayi benar-benar bersih dari deterjen ketika membilasnya.
Sebaiknya hindari pemberian pemutih, pewangi dan pelicin pakaian yang
berlebihan. Gunakan lotion calamin untuk mendinginkan dan mengurangi
rasa gatal. Bila kondisi kulit bayi Anda semakin parah segera hubungi
dokter.
* Terlambat Mengganti Popok, Terutama Ketika Bayi Buang Air Besar
- Penyebab :
Tinja bayi bersifat lebih asam daripada air seni bayi. Bakteri dan
amonia pada tinja serta air seni bayi dapat menghasilkan zat yang bisa
melukai dan membuat iritasi kulit bayi.
- Cara Mengatasi :
Rajin mengganti popok atau diaper sangat disarankan, terutama segera
ganti popok bayi ketika basah dan bayi selesai buang air besar. Berikan
krim anti ruam popok yang mengandung zinc atau gunakan baby oil untuk
melindungi air seni tidak mudah meresap ke dalam kulit. Bagian yang
biasa tertutup oleh popok sebaiknya diangin-anginkan agar kulit cukup
kering atau tidak terlalu lembab.
* Ruam Popok Karena Kualitas Popok Tidak Baik atau Terlalu Kecil
- Penyebab : Kemungkinan popok/diaper bayi yang selama ini digunakan kualitasnya
tidak baik atau ukurannya terlalu kecil untuk buah hati Anda. Ruam popok
yang tidak diatasi segera bisa menyebabkan kondisi semakin parah
seperti bintil-bintil kecil yang melepuh dan pecah. Jika sudah pecah,
maka bayi Anda akan semakin rentan terkena infeksi.
- Cara mengatasi :
Anda bisa mengganti merek diapernya dengan yang memiliki kualitas lebih
bagus atau membeli popok yang ukurannya sesuai dengan usianya. Cara
pemakaiannya juga diperhatikan agar tidak terlalu ketat sehingga kulit
tidak tergesek.
* Jerawat Bayi
- Penyebab :
Sisa hormon yang masih terbawa bayi sejak masih berada dalam rahim.
- Cara Mengatasi :
Gangguan yang biasanya timbul di sekitar pipi, dagu, dan dahi biasanya
akan menghilang dengan sendirinya ketika bayi berusia di atas 3 bulan.
Rajin bersihkan wajah bayi dan keringkan dengan baik. Usahakan untuk
menggunakan handuk bayi yang berbahan lembut dan tidak memencet
jerawatnya karena dapat menimbulkan iritasi serta infeksi yang cukup
parah.
* Eksim Bayi
- Penyebab :
Dikenal
juga dengan nama eksim susu, tapi bukan berarti eksim ini timbul karena
ASI, lho! Perlu diketahui bahwa apapun itu, sisa ASI, susu formula,
makanan bayi yang dikonsumsi,atau air liur apabila dibiarkan menempel di
kulit bayi, dan tidak segera dibersihkan maka berpeluang menghasilkan
reaksi yang dapat menyebabkan timbulnya iritasi. Penyebab iritasi ini
akan bereaksi terutama pada bayi yang memang sudah memiliki bakat
alergi.
- Cara Mengatasi :
Jika Anda mengetahui
dengan persis bahwa bayi Anda memiliki bakat alergi, sebaiknya segera
jauhkan dari bahan pemicunya (alergennya). Misalnya segera bersihkan
wajah bayi sehabis kontak dengan ASI atau susu formula. Rajinlah
mengganti baju bayi jika ia sering mengeluarkan air liur dari mulutnya
yang terkadang membuat bajunya sampai basah.
* Gigitan Serangga
- Penyebab :
Gigitan atau sengatan serangga misalnya nyamuk, dapat menyuntikkan
racun yang tersusun dari protein dan substansi lain yang memicu reaksi
alergi kepada bayi. Bintik merah yang disertai bengkak dan rasa gatal
adalah gejala yang sering ditemui.
- Cara Mengatasi :
Bintik merah ini sebenarnya tidak perlu diobati karena akan hilang
dengan sendirinya. Anda juga bisa mengoleskan minyak kayu putih, minyak
telon atau minyak tawon apabila diperlukan untuk menghindari gigitan
serangga berikutnya.
* Debu rumah
- Penyebab :
Debu yang berasal dari karpet dan boneka-boneka berbulu sering juga menjadi pemicu alergi pada bayi dan anak-anak.
- Cara Mengatasi :
Rajin membersihkan rumah, mainan anak (dari kain atau bulu binatang)
dan menggunakan alat penghisap debu untuk menyedot debu karpet. Penyedot
debu membuat debu beterbangan, oleh karenanya usahakan agar bayi tidak
berada dekat Anda saat Anda sedang membersihkan ruangan dengan penyedot
debu. Apabila perlu gulung dan simpanlah karpet sampai bayi Anda tumbuh
besar dan berkurang kesensitifannya terhadap debu.
* Kutu busuk di tempat tidur
- Penyebab :
Kutu busuk yang menyelinap di sela-sela sprei dan tempat tidur
menggigit anak Anda. Gigitan kutu busuk umumnya mirip dengan bekas
gigitan nyamuk.
- Cara Mengatasi :
Alasi kasur
dengan perlak atau kain pelindung kasur yang bersih yang tidak dapat
menjadi sumber kutu busuk atau ngengat. Cuci sprei, sarung bantal,
selimut dengan teratur. Sesekali jemur bantal, guling dan kasur agar
kutu busuk dan larva di dalamnya terbunuh oleh panasnya cahaya matahari.
Berikan bayi Anda sarung tangan untuk mencegahnya menggaruk kulitnya
yang gatal untuk menghindari terjadinya infeksi. Lakukan langkah-langkah
pembasmian agar tempat tidur bayi bebas ngengat. Bila langkah ini tidak
berhasil kemungkinan Anda harus membuang kasur bayi Anda dan
menggantinya dengan yang baru.
* Virus
- Penyebab :
Nama penyakit ini mungkin jarang terdengar, padahal Roseola infantum
merupakan penyakit menular yang cukup sering menyerang bayi dan anak –
anak yang masih sangat kecil. Penyebabnya adalah virus jinak yang bisa
menyebar melalui percikan ludah penderita, misalnya saat pemeriksaan
kesehatan atau imunisasi di rumah sakit. Gejala yang timbul yaitu demam
hingga 39,5 derajat Celsius selama beberapa hari. Setelah demamnya
hilang, mulai timbulnya bintik – bintik merah yang tidak berubah menjadi
bernanah dan tidak gatal. Disertai rewel, kehilangan selera makan dan
cepat mengantuk.
Terkadang terjadi salah diagnosis karena
gejalanya mirip dengan campak. Yang perlu diketahui, bedanya dengan
campak adalah bintik – bintik merah pada bayi dan anak kecil timbul
setelah demamnya turun (bisa terjadi 2 – 3 kali dalam usia anak),
sementara pada campak muncul pada saat demam sedang tinggi (terjadi 1
kali seumur hidup).
Gejalanya juga mirip dengan demam
berdarah, bedanya anak yang terkena demam berdarah setelah demamnya
turun kondisi tubuhnya tetap melemah, sementara anak yang terkena
roseola infantum keadaannya akan semakin membaik.
- Cara Mengatasi :
Jangan khawatir karena penyakit yang disebabkan herpes virus tipe 6 dan
7 ini tidak berbahaya. Walaupun virus ini berasal dari keluarga yang
sama (herpes simplex viruses), virus herpes ini tidak menyebabkan herpes
di sekitar mulut dan alat kelamin. Turunkan panasnya dengan obat
penurun demam yang aman untuk anak – anak bila diperlukan. Kompres anak
Anda dengan lap bersih yang dibasahi dengan air hangat. Jangan mandikan
si kecil dengan air dingin dan banyak – banyaklah memberikan cairan,
bisa berupa ASI, air putih atau oralit. Sebaiknya bayi dan anak memiliki
istirahat yang cukup. Bila kesadaran menurun dan si kecil mengalamin
kejang, segera bawa ke dokter. Pada umumnya bintik – bintik merah akan
menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Apabila
kondisi kulit bayi Anda semakin parah dan Anda tidak dapat menemukan
penyebabnya, berkonsultasilah dengan dokter anak untuk menemukan
sumbernya. Untuk mengetahui apakah penyebabnya memang alergi, dokter
anak biasanya akan menyarankan tes darah atau merujuk ke spesialis atau
dokter ahli. Dokter ahli alergi akan melakukan tes kulit dengan
menyuntikkan bahan pencetus alergi yang dicurigainya ke bayi Anda. Bila
bayi Anda memberikan reaksi alergi, maka sumbernya sudah dipastikan dan
diketahui cara mengatasi yang patut untuk dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
diharapkan berposting dengan sopan