Tips dan Cara Mengatasi Kejang Dengan Atau Tanpa Demam Pada Anak
Oleh : Febi Arliani.
Kejang demam atau step (dari bahasa Belanda, koortsstuipen) adalah
kejang yang dipicu oleh demam. Ini adalah kondisi yang cukup umum pada
anak-anak. Sekitar 3-5% anak-anak usia di bawah 6 tahun pernah
mengalaminya. Paling sering, kejang demam terjadi pada usia 18 bulan
s.d. 3 tahun. Anak-anak di bawah 6 bulan dan di atas 6 tahun jarang yang mengalaminya.
Gejala Kejang Demam
Pada saat kejang dimulai, tubuh anak Anda tiba-tiba kaku dan bola
matanya berputar ke belakang. Tak lama kemudian dia kehilangan
kesadaran. Tubuh, tangan dan kaki kemudian mengejang (kelojotan) dengan
kepala terdongak. Kulit anak menjadi gelap, mungkin kebiruan. Napasnya
tidak beraturan. Kondisi ini biasanya tidak berlangsung lama. Dalam
beberapa detik sampai menit anak Anda akan berangsur-angsur kembali
mendapatkan kesadaran. Anak Anda mungkin akan terlihat mengantuk untuk
beberapa saat sebelum kembali normal. Meskipun hanya berlangsung
beberapa menit, serangan kejang mungkin terasa sangat lama bagi Anda
yang menyaksikan. Kejang pada anak-anak memang selalu merupakan
pengalaman menakutkan.
Penyebab
Kejang demam terjadi karena
aktivitas listrik di otak terganggu oleh demam. Kejang demam dapat
merupakan tanda pertama penyakit. Sebagian besar kejang demam terjadi
dalam 24 jam pertama penyakit dan tidak selalu saat demam tertinggi.
Penyakit yang dapat menyebabkan kejang demam adalah flu, pilek, infeksi
telinga dan infeksi lain yang biasanya tidak serius. Namun, penyakit
serius seperti pneumonia atau meningitis juga dapat menjadi penyebabnya.
Kecenderungan untuk mendapatkan kejang demam diwariskan dalam keluarga.
Risiko anak memiliki kejang demam adalah 10-20% bila salah satu
orangtuanya pernah mendapatkannya. Risiko meningkat menjadi sekitar 30%
jika kedua orangtua dan saudara kandung pernah mendapatkannya.
Ciri-Ciri Kejang
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:
- Kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit
- Bola mata berbalik ke atas
- Gigi terkatup
- Muntah
- Tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
- Pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil
- Pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun
intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik
sampai puluhan menit.
Penanganan
1. Suhu tubuh
normal anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila
temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka
37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak.Sebelum semakin
tinggi, segera beri obat penurun panas. .
2. Orang tua jangan
begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan
menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat
karena amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri.
3. Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk
mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh akan lebih akurat bila
termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus
dibanding ketiak.
4. Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang
demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan
membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat
penderitaan anak tambah parah.
5. Jangan gunakan alkohol atau air
dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan
alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan
intoksikasi/keracunan.
6. Lebih aman gunakan kompres air biasa
yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan
menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan
terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain
kompres. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.
7. Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya yang
mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis
penyakit yang tergolong langka dan mempengaruhi kerja lever, darah, dan
otak.
8. Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak
minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung
air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian,
cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.
9. Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian
tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi
penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang sebaiknya
ditanggalkan saja.
10. Untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan, disarankan agar orang tua sesegera mungkin memberi
pertolongan pertama begitu tahu si kecil mengalami kejang demam.
11. Setelah itu, jangan tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke dokter
atau klinik terdekat. Jangan terpaku hanya pada lamanya kejang, entah
cuma beberapa detik atau sekian menit. Dengan begitu, si kecil akan
mendapat penanganan lebih lanjut yang tepat dari para ahli. Biasanya
dokter juga akan memberikan obat penurun panas, sekaligus membekali obat
untuk mengatasi kejang dan antikejang. “Sebagai pertolongan pertama,
tak usah membawanya langsung ke rumah sakit lengkap yang letaknya
relatif lebih jauh karena bisa-bisa si kecil mendapat risiko yang lebih
berbahaya akibat lambat mendapat pertolongan pertama.”
12. Selain
itu, jika kejang demam tidak segera mendapat penanganan semestinya, si
kecil pun terancam bakal terkena retardasi mental. Pasalnya, kejang
demam bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, kalau kejang
itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-sel
yang rusak online pharmacy without prescription pun akan semakin banyak.
Bukan tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan
tidak bisa lagi berkembang secara optimal.
Bahkan beberapa
kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak kalah
penting, begitu anaknya terkena kejang demam, orang tua pun mesti ekstra
hati-hati. Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang
serupa atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali.
Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas dan obat
antikejang yang telah diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua
jangan kelewat khawatir. Karena dengan penanganan yang tepat dan segera,
kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan
gangguan fungsi otak.
Bila Anak Anda Mengalami Kejang Demam, Lakukan Beberapa Hal Berikut:
1. Rebahkan anak Anda di lantai atau matras yang beralas lembut.
Jangan merebahkan anak di ranjang atau meja yang sempit sehingga
berisiko terjatuh. Anda dapat menaruh bantal di kepalanya.
2. Jika anak mulai muntah atau mengumpulkan air liur di mulutnya, pelan-pelan miringkan tubuhnya agar dia tidak tersedak.
3. Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher.
4. Singkirkan benda-benda berbahaya yang dapat melukai dia.
5. Jangan menahan gerakan anak Anda selama kejang.
6. Jangan menaruh benda apa pun ke dalam mulutnya. Dahulu orang
biasa menempatkan batang kayu di mulut anak untuk mencegahnya menggigit
lidah, tapi itu adalah gagasan yang buruk karena berisiko merusak gigi
dan cedera mulut lain.
7. Cobalah untuk tetap tenang. Kejang akan berhenti sendiri dalam beberapa menit.
8. Fokuskan perhatian Anda untuk menurunkan demamnya:
a. Bila tersedia, masukkan diazepam dalam bentuk supositoria
semi padat ke dalam anus anak Anda untuk mempercepat penurunan demam.
b. Kompres kepala dan tubuhnya dengan air hangat (bukan air
dingin). Air dingin atau alkohol justru akan meningkatkan demam.
c. Jangan mencoba untuk menurunkan demam anak Anda dengan
menempatkannya ke ruangan dingin. Anda dapat membuka jendela, namun
ruangan tidak boleh terlalu dingin.
9. Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C.
10. Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan
suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat
menyebabkan “korsleting”/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh
si kecil dengan kompres dingin tadi.
11. Agar si kecil tidak
cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. .
Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan
mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. Miringkan posisi
tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri
yang bisa mengganggu pernapasannya.
12. Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak.
13. Setelah kejang berakhir dan anak Anda terjaga, langkah yang
paling penting adalah mengidentifikasi penyebab demamnya. Hubungi dokter
untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan saran perawatan lebih
lanjut.
14. Hubungi dokter segera bila kejang berlangsung lebih
dari 5 menit, terjadi lebih dari sekali di hari yang sama atau anak Anda
terlihat lemah atau sakit setelah kejang berakhir.
Kejang Tanpa Demam
Penyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan
berlangsung lama karena dapat merusak sel-sel otak. kejang adalah
kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak.
“Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau bisa juga tanpa disertai demam.”
Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis).
Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal,
demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang telinga, infeksi
saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan kejang tanpa demam
adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada
anak-anak.
Bisa Dialami Semua Anak
Kondisi kejang
umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke
atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik
(kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak balita. Bahkan
juga bayi baru lahir.
Umumnya karena ada kelainan bawaan yang
mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya bangkitan
kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada
saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian
oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil.
Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko
mengalami kejang tanpa demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari
sesudah dilahirkan).
“Ini biasanya disebabkan adanya riwayat
ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan
gula dalam darah). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa kejang.”
Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis
ini akan rentan terhadap kejang. “Contohnya, telat diberi minum saja,
dia langsung kejang.” Uniknya, bayi prematur justru jarang sekali
menderita kejang. “Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan.
Diduga karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan
dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.”
Waspadai di Bawah 6 Bulan
Orang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama
di bawah usia 6 bulan, Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi
besar.
Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama
pada masa neonatal itu bersifat khas. “Bukan hanya seperti toniklonik
yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain.
Misal, matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan
atau tangannya seperti tremor.
Dokter biasanya waspada, tapi
kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang ibu yang ngeh.” Itulah
sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.
Penyebab
“Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal
dari otak, atau faktor keturunan,” penjabarannya satu per satu di bawah
ini.
* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang.
Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak,
perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak
(hipoksia).
* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan
elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit
yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi,
gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat
kimia, alergi dan cacat bawaan.
* Faktor keturunan Kejang
akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga
yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami
kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi
mengalami kejang yang sama.
Cara Menolong Anak Kejang Demam
1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang
semua yang menghambat saluran pernapasannya. Jadi kalau sedang makan
tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di mulutnya saat kejang, segera
keluarkan.
2. Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang
sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. “Ini sebetulnya
air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air
liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang, kan, saraf pusatnya
terganggu. Bukan cuma air liur, air mata pun bisa keluar.” Guna
memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak
menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan
memperparah keadaan.
3. Jangan mudah percaya bahwa meminumkan
kopi pada anak yang sedang kejang bisa langsung menghentikan kejang
tersebut. “Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi
justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan saat
anak mengalami kejang, yang malah bisa menyebabkan kematian.”
4.
Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan
tak mendapat oksigen. “Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit.
Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah
kejang atau punya riwayat kejang.”
Penatalaksaan kejang meliputi :
1. Penanganan saat kejang
* Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal
0,3 – 0,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau
0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang belum dapat
teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.
* Turunkan demam :
Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.
Kompres ; suhu >39º C dengan air hangat, suhu > 38º C dengan air biasa.
* Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.
* Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian
oksigen, memberikan keseimbangan air dan elektrolit, pertimbangkan
keseimbangan tekanan darah.
2. Pencegahan Kejang
* Pencegahan
berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3
mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada saat
anak menderita penyakit yang disertai demam.
* Pencegahan
kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40
mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.
Jangan Sampai Terulang
Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa
kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga
tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat
membahayakan anak.
Masalahnya, setiap kali kejang anak
mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. “Setiap menit,
kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena
terhambatnya aliran oksigen ke otak.
Bayangkan apa yang terjadi
bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak
adanya aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak
mengalami kerusakan.
”Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan
epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada anak
yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus
memantau agar jangan terjadi kejang berulang.
Dimonitor Tiga Tahun
Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis
kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil
EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang
neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun
pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang
mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.
Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut.
Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang
pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski
cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut
mempunyai prognosis baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan
mental.
Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun
kedua terjadi kejang lagi? “Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun
pertama.”Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring
adalah selama tiga tahun setelah kejang.
Jadi, selama tiga
tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak
yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan
baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah
memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala
besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.
Anak Epepsi Harus Kontrol Setiap 3 Bulan
Mereka yang berisiko menderita epilepsi adalah anak-anak yang lahir
dari keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak
dengan kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang, baik dengan
atau tanpa demam.
Anak yang sering kejang memang berpotensi
menderita epilepsi. Tapi jangan khawatir, anak yang menderita epilepsi,
kecuali yang lahir dengan kelainan atau gangguan pertumbuhan, bisa
tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Prestasi belajar mereka
tidak kalah dengan anak yang normal.
Jadi, kita tak perlu
mengucilkan anak epilepsi karena dia bisa berkembang normal seperti
anak-anak lainnya. “Yang penting, ia tertangani dengan baik. Biasanya
kalau anak itu sering kejang, dokter akan memberi obat yang bisa
menjaganya supaya jangan sampai kejang lagi.
Pada anak
epilepsi, fokus perawatannya adalah jangan sampai terjadi kejang lagi.
Untuk itu, perlu kontrol, paling tidak setiap 3 bulan agar monitoring
dari dokter berjalan terus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
diharapkan berposting dengan sopan